28/04/13

Ilmuwan Menghidupkan Kembali Embrio Katak yang Telah Punah

Senin, 18 Maret 2013 - "Kami tengah menyaksikan Lazarus bangkit dari kematian, selangkah demi selangkah yang mendebarkan."

Genom seekor katak Australia yang telah punah berhasil dihidupkan dan diaktifkan kembali oleh tim ilmuwan dengan menggunakan teknologi kloning yang canggih untuk menanamkan inti sel “mati” ke dalam telur spesies katak lain yang masih segar.
Katak aneh perut-pengeram, Rheobatrachus silus – yang secara unik menelan telur-telurnya untuk dierami di dalam perutnya, lalu melahirkannya melalui mulut – diketahui telah punah sejak tahun 1983.
Namun tim Lazarus Project telah mampu memulihkan inti sel dari jaringan-jaringan yang dikumpulkan pada tahun 1970-an dan yang selama 40 tahun tetap berada dalam sebuah pendingin konvensional. Proyek ini bertujuan untuk menghidupkan kembali katak tersebut.
Dalam percobaan yang dilakukan secara berulang-ulang selama lima tahun, para peneliti menggunakan teknik laboratorium yang dikenal sebagai transfer nuklir sel somatik. Mereka memilih telur segar dari jenis katak yang berkerabat jauh, Mixophyes fasciolatus, mematikan inti telurnya dan menggantinya dengan inti mati dari katak punah. Beberapa sel telur di dalamnya spontan mulai membelah dan bertumbuh ke tahap embrio awal berupa bola kecil sel hidup.
 
 Ilustrasi katak perut-pengeram, Rheobatrachus silus, spesies katak asal Australia yang telah punah sejak tahun 1983. (Kredit: Peter Schouten)
Meski tak ada embrio yang mampu bertahan lebih dari beberapa hari, tes genetik menegaskan bahwa sel-sel yang membelah tersebut mengandung bahan genetik dari katak punah.
“Kami tengah menyaksikan Lazarus bangkit dari kematian, selangkah demi selangkah yang mendebarkan,” ucap pemimpin tim Lazarus Project, Profesor Mike Archer dari University of New South Wales, Sydney, “Kami telah mengaktifkan kembali sel-sel mati menjadi hidup dan memulihkan kembali genom katak yang telah punah dalam sebuah proses. Sekarang kami memiliki sel-sel segar katak punah dalam tabung lab untuk digunakan dalam eksperimen kloning selanjutnya.
“Kami semakin yakin bahwa rintangan ke depan adalah masalah teknologi, bukan biologis, dan yakin kami akan berhasil. Yang penting, kami sudah tunjukkan janji besar dari teknologi ini sebagai alat konservasi di saat ratusan spesies amfibi di dunia berada dalam bencana penurunan.”
Pekerjaan teknis dalam proyek ini dipimpin oleh Dr. Andrew French dan Dr. Jitong Guo, dalam laboraturium University of Newcastle yang dipimpin seorang ahli katak, Profesor Michael Mahony, bersama dengan Mr. Simon Clulow dan Dr. John Clulow. Spesimen beku diawetkan dan disediakan oleh Profesor Mike Tyler dari University of Adelaide, yang secara ekstensif sempat mempelajari kedua spesies katak perut-pengeram, R. silus dan R. vitellinus, saat sebelum keduanya lenyap di alam liar sejak tahun 1979 dan 1985.
Dalam acara TEDx DeExtinction yang diselenggarakan oleh Revive and Restore dan National Geographic Society di Washington DC, Profesor Archer untuk pertama kalinya berbicara secara terbuka mengenai Lazarus Project ini dan juga tentang minat yang tengah berlangsung mengenai rencana kloning thylacine Australia, hewan karnivora yang dikenal sebagai harimau Tasmania dan diduga telah punah sekitar 2.000 tahun lalu.
Para peneliti dari seluruh dunia berkumpul di sana untuk membahas kemajuan dan perencanaan bagi berbagai jenis hewan dan tanaman punah lainnya. Spesies yang menjadi kandidat mungkin meliputi mammoth berbulu, dodo, beo merah Kuba dan moa raksasa Selandia Baru.
Kredit: University of New South Wales