Senin, 16 April 2012 - Para
ilmuan dipimpin oleh Ben Evans dari Universitas McMaster telah
mendokumentasikan evolusi cepat spesies katak bertaring baru di pulau
Sulawesi, dekat Philipina.
Tim
ini menemukan 13 spesies katak taring di pulau tersebut, Sembilan
diantaranya belum pernah diidentifikasi sebelumnya. Spesies ini berbeda
dalam ukuran tubuh, jumlah selaput di kakinya, dan bagaimana mereka
membesarkan anak – semua sejalan dengan tuntutan niche ekologi mereka
yang berbeda. Sulawesi memiliki jumlah spesies katak taring yang sama
seperti di kepulauan Philipina.
“Kami
menduga memperoleh lebih banyak spesies di wilayah kepulauan karena ia
jauh lebih luas, namun ini ternyata tidak terbukti,” kata Evans.
Mengapa
ada keanekaragaman hayati yang tinggi pada pulau yang kecil? Tidak
adanya kompetisi di Sulawesi, kata para peneliti. Katak taring di
Philipina harus berkompetisi dengan genus katak lainnya, Platymantis.
Platymantis tidak pernah sampai ke Sulawesi, membuat katak taring bebas
menyebar ke habitat baru, dimana mereka kemudian beradaptasi. Evolusi
cepat katak ini adalah contoh mengagumkan dari radiasi adaptif – sebuah
konsep yang dijelaskan Charles Darwin untuk kasus finch Galapagos.
Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal American Naturalist.
Sumber berita:
Referensi jurnal:
Mohammad
I. Setiadi, Jimmy A. McGuire, Rafe M. Brown, Mohammad Zubairi, Djoko T.
Iskandar, Noviar Andayani, Jatna Supriatna, Ben J. Evans. Adaptive Radiation and Ecological Opportunity in Sulawesi and Philippine Fanged Frog (Limnonectes) Communities. The American Naturalist, 2011; 178 (2): 221 DOI: 10.1086/660830
mantap brow infonya..
BalasHapusmakasi atas komentx.. blog ini dibuat agar dpat mmberikan manfaat bagi kta semua,amin
Hapus